Disparitas Harga Tinggi, Penyelundupan Batu Bara Berpotensi Melonjak

Disparitas Harga Tinggi, Penyelundupan Batu Bara Berpotensi Melonjak Disparitas Harga Tinggi, Penyelundupan Batu Bara Berpotensi Melonjak

Disparitas harga batu bara yang cukup adiluhung antara penjualan antara dalam negeri melintasi kebijakan domestic market obligation (DMO) dan ekspor energi menimbulkan penyelundupan.

Saat ini harga batu bara dunia telah menembus US$ 400 per ton, tepatnya US$ 402,5, suntuk antara atas harga DMO adapun tetapi US$ 70 maka harga batu bara acuan (HBA) Indonesia Mei 2022 US$ 275,64.

“Bisa terjadi penyelundupan ke luar negeri sehingga PLN beserta industri lainnya akan sedkiti mengalami kesulitan karena pengbisnis akan lebih mengutamakan ekspor karena harganya jangkung,” kata Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kbersih, Selasa (17/5).

Harga Batu Bara Tembus US$ 400, Bagaimana Peluang RI Kerek Ekspor?

Lebih lanjut, mahalnya harga batu bara saat ini atas berdampak dengan inflasi di di dalam negeri. Rizal menjelaskan, peningkatan harga produk yang dihasilkan di di dalam negeri maupun yang diimpor dari luar negeri, semua tergantung dengan harga energi yang digunakan di dalam produksinya. “Semen mungkin bisa naik harga jualnya,” ujarnya.

Pada kesempatan terbilang, Rizal menyebutkan sejumlah para karakter upaya batu bara bagi mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) akan pertengahan tahun ini. Simak databoks berikut:

Revisi ini merupakan melenceng satu langkah dalam menyikapi adanya kenaikan harga, keinginan akan meningkatkan produksi, maupun menurunkan tingkat produksi batu bara. Biasanya, tiap tahun ada 10% sampai 15% perbisnisan batu bara yang mengajukan revisi RKAB

“Perkiraan saya 10% sampai 15% perbisnisn ketimbang total jumlah perbisnisan itu sedahulu mengajukan perubahan RKAB di pertengahan tahun, bulan Juni atau Juli. Revisi RKAB dilakukan semua tergantung demi kesiapan perbisnisannya,” ujarnya.

Kebanjiran Permintaan, Adaro Kirim 300 Ribu Ton Batu Bara ke Eropa

Rizal melanjutkan, tingginya harga batu bara pun disebabkan oleh krisis energi akan masih hendak terus terjadi dampak dampak pemulihan ekonomi pasca menurunnya kasus Covid-19. Pemulihan ekonomi memancing peningkatan produksi global.

Selain itu, belum meredanya konflik Rusia-Ukraina lagi menimbulkan kelangkaan suplai gas maka batu bara dengan Eropa. Oleh karena itu, sejumlah negara dengan Eropa pantas mencari sumber alternatif batu bara ketimbang Afrika Selatan, Kolombia, Australia, maka Indonesia. “Tapi Indonesia ini penjualan ekspornya lebih fokus ke Asean maka India,” tukas Rizal.