Epidemiolog: Karantina wisatawan langka 5 hari rentan kebobolan varian hangat

Epidemiolog: Karantina wisatawan langka  5 hari rentan kebobolan varian hangat Epidemiolog: Karantina wisatawan langka 5 hari rentan kebobolan varian hangat

BERITA - JAKARTA. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, rencana karantina pelaku perjalanan sementara 5 hari berisiko banter terhadap diterimanya kasus virus corona (Covid-19) dekat Indonesia.

Terlebih, Kondisi pandemi Covid-19 bahwa masih berlangsung saat ini dinilai membutuhkan penerapan protokol kesehatan bahwa ketat. Terditerima demi aturan karantina penggarap perjalanan luar negeri.

"Paling singkat itu 7 hari, karena riset menunjukkan kalau 5 hari, bisa 25% adapun bolong hadir tidak terskrining," ujar Dicky saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (7/10).

Sebelumnya pemerintah tengah membahas aturan karantina bagi pelaku perjalanan internasional. Terutama menjelang dibukanya kembali Bali untuk wisatawan mancanegara (wisman).

Pemerintah berencana, karantina bagi wisman terbilang dilakukan 5 hari. Dicky menyebut hal itu pula riskan mengingat adanya potensi bersetujunya varian hangat yang mempunyai penyebaran cepat seperti varian delta sebelumnya.

"Kalau 5 hari kita mengulang kemenyimpangan kita yang lama dimana kita kebobolan luber varian yang hadir," benderang Dicky.

Karantina 7 hari pula mempunyai ketentuan spesial yakni pelaksana karantina telah mendapatkan vaksinasi. Selain itu, bila pelaksana karantina diperiksa tepat terpapar Covid-19 maka perlu dilakukan perjenjangan karantina memerankan 14 hari.

Meski begitu, kebijakan karantina disampaikan Dicky dapat lebih terbuka. Karantina dapat dilakukan pada fasilitas resort dalam wilayah wisata dalam Bali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain hadapan Google News