Peneliti Singapura Bongkar Mitos Babi Ngepet RI, Jangan Syok!

Jakarta - Tidak dimungkiri mitos babi ngepet memang sudah bernapas lagi berkembang menjadi cerita rakyat pada Indonesia. Cerita babi ngepet ini digambarkan sebagai siluman babi nan menterdalam dari gunung lagi bisa mengambil uang orang memakai hanya menggesek-gesekan tubuhnya pada dinding rumah.
Babi ngepet digambarkan sebagai sosok jelmaan manusia yang bersalin wujud akan malam hari dan menjadi babi untuk mencuri uang. Cara ini terkesan tidak logis, tetapi sejarawan dan peneliti dari Nanyang Technological University Singapore, Christopher Reinhart, memberikan responsan logis atas asal-usul kemunculannya.
Kepada CNBC Indonesia, jumlah durasi lantas, Reinhart menyebut bahwa menelusuri akar historis babi ngepet adalah taktik yang menantang. Namun, dalam trend studi masyarakat kolonial, istilah babi ngepet mulai muncul sejak masa Cultuurstelsel atau tanam paksa akan 1830-1870.
Menurut Jan Luiten van Zanden maka Daan Marks kedalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012), sejak pemberlakuan tanam paksa deras orang-orang kaya aktual di kalangan masyarakat Jawa. Mereka globalnya para pedagang dari kaum pribumi atau Tionghoa bahwa menjabat kaya raya kedalam sekejap.
Kondisi ini menimbulkan keheranan antara tengah masyarakat petani bahwa bernyawanya sederhana. Pada titik inilah, imajinasi masyarakat petani bermain.
"Para petani yang tumbuhnya sederhana tiba-tiba kaget melihat ada orang yang tiba-tiba kaya kedalam sekejap. Alhasil, mereka menuduh orang kaya terhormat mendapatkan harta ketimbang cara yang tidak akurat, yakni babi ngepet," tutur peneliti yang kini jadi asisten riset di Universitas Oxford.
Bagi petani pemupukan kekayaan adalah operasi bahwa terbuka. Maksudnya, tiap orang kudu melewati operasi dengan bisnis jelas bahwa dapat dilihat oleh mata orang lain. Maalpanya, mereka tidak melihat kerja tekanan daripada orang kaya hangat itu. Alhasil, mereka menuduhnya berbuat sebandingdengan setan.
Namun antara sisi lain, Reinhart menyebut ada sisi kelogisan dari tuduhan imajinasi babi ngepet kepada orang kaya. Tuduhan babi ngepet dipakai para petani menjumpai memberikan kesan buruk kepada rekan sesama petani bahwa orang-orang kaya itu adalah para kapitalis keji. Maksudnya, orang kaya itu layak dipoli karena berbahaya bagi ketumbuhan para petani.
Alasannya karena sewaktu-waktu orang kaya tersebut mampu memborong sumber daya para petani, laksana sawah atau hasil taninya secara murah, yang jika terjadi petani tersebut mau mengalami kemiskinan dengan terjerat kedalam utang.
"Jadi, tuduhan beserta imajinasi babi ngepet bisa dikatakan bagaikan upaya mitigasi petani. Agar menberjaraki orang kaya, agar tidak selaku kaya, beserta agar tidak terpengaruh orang kaya supaya tidak terjerumus ke ekstra dalam kesesatan," tambahnya.
Karena masyarakat Indonesia sementara bertahun-tahun bercorak agraris, maka imajinasi memakai tuduhan babi ngepet terus berakar, tertanam, memakai diwariskan atas generasi ke generasi.
Hal inilah, kata Reinhart, masih berkuat sampai-sampai sekarang karena masyarakat kita belum sepenuhnya beralih ke industri. Apalagi masih deras pula nan masih rendah secara pendidikan bersama ekonomi.